Danau Habema
Danau Habema (juga dikenal sebagai Yuginopa) adalah sebuah danau yang terletak di kaki Gunung Trikora, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan, Indonesia. Danau ini berada pada ketinggian sekitar 3.225 hingga 3.300 meter di atas permukaan laut, menjadikannya salah satu danau tertinggi di Indonesia. Danau ini termasuk dalam kawasan inti Taman Nasional Lorentz,[1] kawasan lindung terbesar di Asia Tenggara dan disahkan menjadi situs warisan dunia UNESCO.[2] Danau Habema memiliki luas daerah tangkapan air sekitar 21 km2 (2.100 ha) dengan outlet di 4°08′10″S 138°39′25″E / 4.136°S 138.657°E.[3] Sumber air berasal dari pegunungan disekelilinginya yang merupakan bagian dari sistem DAS Eilanden.[4] SejarahNama Habema berasal dari Letnan Habema, seorang perwira Belanda yang ikut serta dalam ekspedisi menuju Puncak Trikora pada tahun 1909. Nama asli danau ini dalam bahasa lokal adalah Yuginopa.[5] Luas danau diperkirakan sekitar 224 hektar dengan keliling sekitar 9,78 kilometer.[5][6] Geografi dan iklimDanau Habema terletak di kompleks Pegunungan Jayawijaya. Suhu di kawasan ini berkisar antara 0°C pada malam hari hingga sekitar 10°C pada siang hari. Kabut sering menyelimuti area sekitar danau, terutama pada siang hari.[7] EkologiKawasan sekitar danau merupakan bagian dari hutan pegunungan tropis yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi. Taman Nasional Lorentz, tempat danau ini berada, mencakup lebih dari 2,35 juta hektar dan merupakan kawasan lindung terbesar di Asia Tenggara. Beberapa spesies endemik yang ditemukan di wilayah ini termasuk kanguru pohon (Dendrolagus spp.), burung cenderawasih, dan burung beo Pesquet (Psittrichas fulgidus). Sekitar 630 spesies burung dan 123 spesies mamalia telah diidentifikasi di kawasan ini.[8] BudayaDanau Habema memiliki nilai spiritual bagi masyarakat adat setempat, khususnya suku Dani, yang menganggapnya sebagai tempat keramat dan sumber kesuburan. Kawasan Taman Nasional Lorentz juga merupakan tempat tinggal bagi beberapa kelompok etnis seperti suku Nduga, Dani, Amungme, Sempan, dan Asmat. Wilayah ini memiliki sejarah budaya yang diperkirakan telah berlangsung selama lebih dari 30.000 tahun.[9] Akses dan pariwisataDanau ini berjarak sekitar 48 kilometer dari Kota Wamena dan dapat dicapai dengan kendaraan roda empat. Karena kondisi jalan yang menantang, perjalanan dapat memakan waktu hingga tiga jam. Meskipun tidak memiliki fasilitas wisata resmi, danau ini sering dikunjungi oleh pendaki yang menuju Puncak Trikora maupun Carstensz Pyramid.[10] Lihat pula
Referensi
Pranala luar |