Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Bukti empiris

Bukti empiris adalah bentuk bukti yang diperoleh melalui pengalaman indra atau melalui prosedur eksperimen.[1] Bukti ini memegang peranan sentral dalam ilmu pengetahuan dan juga berperan dalam berbagai ranah lain, seperti epistemologi maupun hukum.

Tidak ada kesepakatan umum mengenai bagaimana istilah bukti dan empiris seharusnya didefinisikan. Sering kali, disiplin yang berbeda menggunakan konsepsi yang berlainan. Dalam epistemologi, bukti dipahami sebagai sesuatu yang membenarkan sebuah kepercayaan atau yang menentukan apakah suatu kepercayaan layak dianggap rasional. Hal ini hanya mungkin apabila bukti tersebut benar-benar dimiliki oleh subjek yang bersangkutan, sehingga sejumlah epistemolog memahami bukti sebagai keadaan mental yang bersifat privat, seperti pengalaman atau keyakinan lain yang dimiliki seseorang. Sementara itu, dalam filsafat ilmu, bukti dipandang sebagai sesuatu yang dapat mengonfirmasi atau menolak hipotesis ilmiah serta menjadi penengah di antara teori-teori yang bersaing. Untuk memainkan peran ini, bukti harus bersifat publik dan tidak menimbulkan kontroversi—misalnya berupa objek atau peristiwa fisik yang dapat diamati—bukan keadaan mental privat, sehingga bukti dapat menopang lahirnya konsensus ilmiah.

Istilah empiris sendiri berasal dari bahasa Yunani Kuno ἐμπειρία empeiría, yang berarti 'pengalaman'. Dalam konteks ini, empiris biasanya dipahami sebagai sesuatu yang dapat diamati, berlawanan dengan hal-hal yang tak dapat diamati atau yang bersifat teoretis. Umumnya disepakati bahwa pengamatan dengan indra tanpa bantuan instrumen adalah bentuk observasi. Namun, masih diperdebatkan sejauh mana objek yang hanya dapat diakses melalui instrumen—seperti bakteri yang terlihat lewat mikroskop atau positron yang terdeteksi di dalam ruang awan—dapat disebut sebagai sesuatu yang dapat diamati.

Bukti empiris merupakan landasan bagi pengetahuan a posteriori atau pengetahuan empiris, yakni bentuk pengetahuan yang pembenarannya atau pembatalannya bergantung pada pengalaman maupun eksperimen. Sebaliknya, pengetahuan a priori dipandang sebagai sesuatu yang bawaan atau dibenarkan oleh intuisi rasional, sehingga tidak bergantung pada bukti empiris. Rasionalisme sepenuhnya menerima keberadaan pengetahuan a priori, sementara empirisme menolaknya sama sekali, atau menerimanya hanya dalam lingkup yang terbatas—yakni sebatas pengetahuan mengenai relasi di antara konsep-konsep kita, bukan tentang dunia eksternal.

Bukti ilmiah memiliki keterkaitan erat dengan bukti empiris, namun tidak semua bentuk bukti empiris memenuhi standar yang ditetapkan oleh metode ilmiah. Sumber bukti empiris kerap dibedakan antara observasi dan eksperimen, dengan perbedaan utama bahwa hanya eksperimen yang melibatkan manipulasi atau intervensi: fenomena diciptakan secara aktif, bukan sekadar diamati secara pasif.

Catatan kaki

  1. ^ Costa, Daniel. "Empirical evidence". Encyclopedia Britannica.

Referensi

Pranala luar

Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia

Kembali kehalaman sebelumnya