Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Aether (elemen klasik)


Elemen-elemen klasik

Babilonia

Udara  
Air Aither Api
Tanah  

Yunani

  Udara  
Air Aither Api
Tanah  

Hinduisme (Tattva) dan
Buddhisme (Mahābhūta)

  Vayu  
Ap Akasha Agni
  Prithvi  

Chinese (Wuxing)

  Kayu (木)  
Air (水)   Api (火)
Logam (金) Tanah (土)

Jepang (Godai)

  Udara (風)  
Air (水) Void (空) Api (火)
  Tanah (地)  

Tibetan (Bön)

  Air  
Water Aether Fire
  Earth  

Alkimia Medieval

  Air  
Water Aether Fire
  Earth
Sulphur Mercury Salt

Aether (bahasa Yunani: αἰθήρ aithēr[1]), juga ditulis æther atau ether, adalah suatu bahan atau materi yang memenuhi ruang alam semesta di luar bulatan bumi menurut sains kuno. Konsep adanya aether digunakan dalam sejumlah teori fisika untuk menjelaskan beberapa gejala alamiah, seperti cahaya dan gravitasi. Pada akhir abad ke-19 para ahli fisika membuat postulasi bahwa aether berpermeasi dalam seluruh ruang, menyediakan medium di mana cahaya dapat melaju dalam ruang hampa, tetapi bukti adanya zat itu menurut postulasi tersebut gagal ditunjukkan dalam berbagai percobaan, termasuk Percobaan Michelson-Morley.[2]

Elemen kelima

Konsep Yunani tentang kosmos. Bulatan-bulatan paling dalam adalah bulatan-bulatan bumi, sedangkan yang di luarnya terbuat dari aether dan berisi benda-benda langit.

Plato, dalam tulisannya Timaeus (55d) yang membahas mengenai udara, mengemukakan bahwa "ada zat yang berjenis paling tembus pandang, yang disebut dengan nama "aether" (αίθηρ)". Aristoteles, seorang murid Plato pada Akademia, tidak setuju dengan pendapat gurunya, melainkan menambahkan aether ke dalam sistem elemen klasik menurut filsafat Yunani dari aliran sekolah Ionia sebagai "elemen kelima". Aristoteles menulis bahwa empat elemen klasik bumi semua dapat diubah dan bergerak alamiah dalam jalur lurus. Namun, aether yang bertempat dalam ruang semesta dan benda-benda langit bergerak melingkar. Dalam sistem elemen klasik Aristoteles, aether tidak memiliki sifat-sifat keempat elemen klasik lainnya. Aether tidak dingin maupun panas, tidak basah maupun kering. Aether tidak pula mengikuti fisika Aristoteles, juga tidak mampu bergerak secara kualitas maupun kuantitas. Aether hanya dapat bergerak lokal, secara alamiah bergerak melingkar, dan tidak memiliki gerakan berlawanan maupun tidak alamiah.[3] Aristoteles juga mencatat bahwa bulatan kristalin yang terbuat dari aether berisi benda-benda langit. Ide bulatan kristalin dan gerakan melingkar alamiah aether mendorong penjelasan Aristoteles mengenai orbit bintang-bintang dan planet-yang dianggapnya bergerak dalam lingkaran sempurna di dalam aether kristalin.

Akasa

Aether juga dikenal dalam konsep dalam ajaran Hindu sebagai Akasa. Elemen ini masuk dalam Panca Mahabhuta, yakni lima elemen dasar pada alam semesta. Tanpa salah satu di antaranya, alam semesta tidak akan ada dan seimbang. [4]

Akasha merupakan elemen terakhir, namun paling utama yakni kekosongan yang tidak berwujud. Unsur seperti ruang, angkasa, dan jiwa direpresentasikan sebagai contoh dari elemen ini. Akasa dimaknai sebagai wadah bagi berbagai siklus dan proses yang terjadi di alam semesta [4]

Unsur ākāśa pada alam semesta yang terbentuk dari unsur ruang seperti: ruang, gua, angkasa, langit dll.

Simbol alkimia untuk aether

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "ether". The American Heritage Dictionary of the English Language (Edisi 4th). Boston: Houghton Mifflin. 2006. ISBN 0618701729.
  2. ^ Whittaker, Edmund Taylor (1910). A History of the theories of aether and electricity (1. ed.). Dublin: Longman, Green and Co.
  3. ^ G. E. R. Lloyd ), Aristotle: The Growth and Structure of his Thought, Cambridge: Cambridge Univ. Pr., 1968, pp. 133-139, ISBN 0-521-09456-9.
  4. ^ a b Santi, Ni Wayan (2024-10-22). "Mengenal Konsep Panca Mahabhuta: Penjelasan dan Bagian-Bagiannya". Detik.com. Diakses tanggal 2025-03-11.
Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia

Kembali kehalaman sebelumnya