1) "Hari" ini mulai pada saat hukuman ilahi jatuh atas dunia mendekati akhir zaman ini (1Tes 5:3). Kesengsaraan besar termasuk dalam hari Tuhan ini (Wahyu 6:1–19:21). Murka Allah ini akan memuncak dengan kedatangan Kristus untuk memusnahkan semua orang jahat Wahyu 19:11–21 (lihat Yoel 1:14; Yoel 2:30–31; Zef 1:7; Wahyu 16:16).
2) Hari Tuhan rupanya berawal pada saat manusia mengharapkan tibanya saat damai dan keamanan (1Tes 5:3).
3) "Hari" itu tidak akan menimpa orang percaya yang setia seperti pencuri, karena mereka sudah ditetapkan untuk menerima keselamatan dan bukan murka, dan mereka berjaga-jaga dan mengendalikan diri, hidup dalam iman, kasih, dan kebenaran (1Tes 5:4–9).
5) Hari Tuhan akan berakhir setelah kerajaan seribu tahun (Wahyu 20:4-10) pada penciptaan langit dan bumi baru (bandingkan 2Pet 3:13; Wahyu 21:1).
Metafora "pencuri pada malam" ini berarti bahwa waktu hari Tuhan akan mulai tidak pasti dan tidak disangka-sangka. Tidak mungkin seseorang dapat mengetahui tanggalnya (lihat Matius 24:42–44 mengenai pengajaran Tuhan tentang saat kedatangan-Nya yang tak terduga untuk gereja).[5]
"Tetaplah" diterjemahkan dari bahasa Yunani: ἀδιαλείπτως, adialeiptōs yang berarti "tidak henti-hentinya". "Tetaplah" tidak berarti terus-menerus mengucapkan doa yang formal. Sebaliknya, yang dimaksudkan ialah berulang-ulang menaikkan bermacam-macam doa pada segala kesempatan sepanjang hari (Lukas 18:1; Roma 12:12; Efesus 6:18; Kolose 4:2).[5]
"Berdoa" artinya tetap tinggal di hadapan Allah, senantiasa berseru mendambakan kasih karunia dan berkat-Nya.[5]
Ayat 18
Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.[11]
^Willi Marxsen. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia. 2008. ISBN 9789794159219.
^John Drane. Introducing the New Testament. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis. Jakarta:Gunung Mulia. 2005. ISBN 9794159050.