Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Tafsir Ilmi


Tafsir Ilmi merupakan penafsiran Al-Qur’an dengan pendekatan ilmiah. Sebagai salah satu bentuk tafsir, tafsir ilmi dapat digunakan untuk memahami ayat-ayat kauniyah, ayat-ayat kosmologi, baik yang tertulis dalam kitab suci maupun yang terbentang di alam raya. Penafsiran ilmiah terhadap ayat-ayat sains dalam Al-Qur’an dimungkinkan karena Al-Qur’an tidak hanya mengandung ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu umum, termasuk ilmu alam, cikalbakal sains dan teknologi. Tafsir Ilmi dapat memperkaya wawasan keagamaan dan membantu masyarakat untuk menempatkan Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan dalam relasi yang tidak saling bertentangan. Begitu juga dengan akal dan wahyu. Hubungan Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan berada dalam bingkai saling bersinergi dan saling menguatkan.[1]

Tafsir ilmi adalah sebuah upaya memahami ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung isyarat ilmiah dari perspektif ilmu pengetahuan modern. Menurut Ĥusain aż-Żahabiy, tafsir ilmi membahas istilah-istilah ilmu pengetahuan dalam penuturan ayat-ayat Al-Qur’an, serta berusaha menggali dimensi keilmuan dan menyingkap rahasia kemukjizatannya terkait informasi informasi sains yang mungkin belum dikenal manusia pada masa turunnya sehingga menjadi bukti kebenaran bahwa Al-Qur’an bukan karangan manusia, namun wahyu Sang Pencipta dan Pemilik alam raya.[1]

Metode penyusunan tafsir ilmi serupa dengan metode yang digunakan dalam kajian dan penyusunan Tafsir Tematik. Pertama, ayat-ayat yang terkait dengan sebuah persoalan dihimpun untuk selanjutnya dianalisis dalam rangka menemukan pandangan Al- Qur’an yang utuh menyangkut persoalan tersebut. Tafsir Tematik yang dikembangkan oleh Kementerian Agama pada tahun 2016 menitikberatkan bahasannya pada persoalan akidah, akhlak, ibadah, dan sosial, sedangkan Tafsir Ilmi fokus pada kajian saintifik terhadap ayat-ayat kauniyah dalam Al-Qur’an.[1]

Sejarah

Ketika gelombang Hellenisme masuk ke dunia Islam melalui penerjemahan buku-buku ilmiah pada masa Dinasti ‘Abbasiyah, khususnya pada masa pemerintahan al-Makmūn (w. 853 M), muncullah kecenderungan menafsirkan Al-Qur’an dengan teori-teori ilmu pengetahuan atau yang kemudian dikenal sebagi tafsir ilmi.[1]

  1. ^ a b c d FENOMENA KEJIWAAN MANUSIA Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). 2016. ISBN 978-979-111-020-4. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia

Kembali kehalaman sebelumnya