Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Perang abadi

Perang abadi, perang tanpa akhir, atau perang perpetual merujuk pada suatu keadaan perang yang berlangsung terus-menerus tanpa adanya syarat yang jelas untuk mengakhiri konflik tersebut. Perang semacam ini umumnya berupa ketegangan berkelanjutan yang sewaktu-waktu dapat meningkat, mirip dengan Perang Dingin. Sejak akhir abad ke-20, konsep ini kerap digunakan untuk mengkritik intervensi Angkatan Bersenjata Amerika Serikat di berbagai negara asing serta dominasi kompleks industri militer, seperti dalam Perang Vietnam dan Perang Soviet–Afganistan, maupun perang yang musuhnya bersifat kabur atau abstrak, misalnya perang melawan teror dan perang melawan narkoba.

Penyebab

Perencanaan militer yang buruk menjadi salah satu penyebab utama terjadinya perang abadi. Jika wilayah yang direbut tidak diduduki atau dikelola dengan baik, maka hal ini dapat memicu munculnya pemberontakan mematikan yang berpotensi memperpanjang konflik tanpa akhir.[1] Demikian pula, peperangan yang berlangsung secara tidak teratur, seperti berbagai pemberontakan di Afrika, sering kali tidak memiliki tujuan militer yang jelas. Hal ini biasanya karena kelompok pemberontak justru berniat melakukan kejahatan perang terhadap penduduk sipil. Dengan demikian, ketiadaan tujuan militer yang konkret itu sendiri dapat menjadi alasan terjadinya perang abadi.

Selain itu, anggaran pertahanan yang sangat besar juga dapat menjadi faktor yang menopang keberlangsungan perang selamanya.[2] Hingga 2018, Amerika Serikat memiliki anggaran militer yang telah disesuaikan dengan inflasi dan nilainya lebih besar dibandingkan anggaran saat Perang Dunia II. Kondisi ini memungkinkannya untuk terus melancarkan operasi militer di Irak maupun negara-negara lain.[2]

Perang saudara rentan mengalami kebuntuan militer, yang dapat memperpanjang konflik tanpa batas waktu.[3] Ketiadaan demokrasi juga dikaitkan dengan meningkatnya risiko pecahnya perang saudara.[3]

Perang abadi dapat terjadi demi menjaga aliran dana menuju berbagai institusi, seperti kompleks militer–industri–kongresional.[2] Dengan demikian, perang tanpa akhir dapat berfungsi sebagai mesin politik domestik, ketika para pembuat kebijakan mendorong agenda untuk melanjutkan bahkan memperluas perang.[4]

Perang tanpa akhir juga bisa menguntungkan kelompok bersenjata kecil, yang dapat mencapai tujuan politik dengan cara melelahkan kelompok atau negara yang lebih besar. Misalnya, setelah serangan 11 September dan dimulainya perang melawan teror, Al-Qaeda berusaha menyeret Amerika Serikat ke dalam perang gerilya jangka panjang di Afganistan, untuk menguji ketahanan tekadnya menghadapi perang berkepanjangan.[5]

Perang antar kelompok etnis atau ideologi juga dapat berubah menjadi perang abadi, karena konflik semacam ini sulit diakhiri dengan perjanjian damai akibat perbedaan kepentingan yang mendasar di antara kedua pihak.[3] Hambatan tambahan muncul dalam perang agama, terutama bila salah satu atau kedua pihak meyakini bahwa lawannya harus dimusnahkan.[3]

Catatan

  1. ^ Manchanda, Amav (Winter 2008). "THE FOREVER WAR/TELL ME HOW THIS ENDS: General David Petraeus and the Search for a Way Out of Iraq". International Journal. 1: 296–298.
  2. ^ a b c Spinney, Franklin (Fall 2011). "The Domestic Roots of Perpetual War". Challenge. 54: 54–69. doi:10.2753/0577-5132540103. S2CID 154862800.
  3. ^ a b c d Fearon, James D. (2004). "Why Do Some Civil Wars Last So Much Longer than Others?". Journal of Peace Research. 41 (3): 275–301. CiteSeerX 10.1.1.19.3818. doi:10.1177/0022343304043770. S2CID 7158376.
  4. ^ Aravamudan, Srinivas (2009). "Introduction: Perpetual War". PMLA. 124 (5): 1505–1514. doi:10.1632/pmla.2009.124.5.1505. JSTOR 25614381. S2CID 154411632.
  5. ^ Danner, Mark (11 September 2005). "Taking Stock of the Forever War" (PDF). The New York Times. Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 29 March 2018. Diakses tanggal 28 March 2018.

Referensi

Pranala luar

Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia

Kembali kehalaman sebelumnya