Nugroho Imam Setiawan
Karier akademikNugroho Imam Setiawan bergelar Ir., S.T., M.T., dan D.Sc., serta merupakan anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) dan profesor muda di UGM. Selain publikasi terkait Antartika, beliau juga aktif dalam penelitian dan pengajaran di bidang petrologi dan geologi batuan metamorf. Penghargaan dan pengakuanKeikutsertaan dalam JARE 58 tahun 2016–2017 menjadi prestasi penting, karena Nugroho merupakan satu-satunya wakil dari Indonesia dan Asia Tenggara dalam ekspedisi tersebut, yang umumnya diikuti oleh peneliti negara industri maju.[1][2] Ekspedisi ini berlangsung selama empat bulan dan berakhir pada 22 Maret 2017 di Antarktika. Fokus penelitian Nugroho adalah batuan metamorf, yakni jenis batuan yang terbentuk akibat perlakuan suhu dan tekanan tinggi, yang sangat penting dalam studi evolusi geologi Bumi. Dalam observasi lapangan di Antartika, Nugroho menghabiskan waktu mempelajari struktur batuan metamorf dengan suhu yang konsisten mendekati nol derajat Celsius dan fenomena siang selama 24 jam penuh. Selain itu, ia turut serta dalam kegiatan survival dan adaptasi iklim ekstrem, serta mengikuti pelatihan Winter Camp Training di Jepang sebagai persiapan ekspedisi. Hasil awal ekspedisinya menunjukkan adanya kemiripan batuan metamorf di Antartika dan Sri Lanka, yang menjadi indikasimu sebuah proses geodinamik tektonik di masa silam. Ia juga menaruh perhatian pada kemungkinan batuan serupa di Indonesia, terutama di Sumatra, dan merencanakan studi lanjutan untuk menguji hipotesis tersebut.[3] Rujukan
|