Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Musik Panting

Musik Panting adalah kesenian musik asli dari Suku Banjar di Kalimantan Selatan.[1] Alat musik utama dalam musik Panting adalah alat petik yang disebut panting.

Grup Musik Panting di Siring Sungai Martapura, Banjarmasin

Secara ethnomusicologi musik Panting dimainkan dengan alat musik tradisi seperti agung, piyul, babun, kempul, suling, marawis, ketipung dan kuricay. Musik Panting termasuk dalam musik jenis kordofon dengan tangga nada diatonik.[2] Musik Panting selalu dimainkan pada saat Tari Japin ditampilkan.[3] Musik panting sebagai musik tradisi distem mengikuti gong dengan nada tinggi yang berlaras gamelan yang bernada 5. Panting terdiri ada 3 yaitu panting palingkah, pambawa dan panggulung yang dimainkan secara interlocking membentuk pola-pola nada yang menuju ke suatu nada utama.

Alat musik

Panting

Panting terbuat dari kayu nangka, Rengas, Laban (Vitex pinnata), Kemuning [4] kulit hewan, dan tali senar yang beragam. Bentuknya menyerupai gitar dengan ukuran yang lebih kecil dan ramping tanpa lekukan.[5] Panting dapat dimainkan secara perorangan maupun beberapa orang.[6] Panting kini sudah sangat jarang ditemui karena ditelan oleh Zaman.[7]

bagian-bagian

Panting dibagi menjadi beberapa bagian. Berikut penjelasan tentang bagian-bagiannya:

1. Kepala Panting, yaitu bagian paling atas Panting yang diberi tiga buah pemutar untuk memutar senar.

2. Tali Panting, yakni tiga senar yang dipasang dari bagian perut Panting sampai kepala Panting.

3. Leher Panting, yaitu bagian yang kurus dan panjang di antara perut dan kepala Panting.

4. Perut Panting, yaitu lebar yang ditutupi kulit kambing atau ular.

5. Pohon Panting, yaitu pangkal bagian bawah Panting.

Kegunaan

Alat musik Panting telah ada sejak abad ke-18 Masehi. Kehadirannya bersamaan dengan perkembangan Tari Japin. Alat musik ini berkembang di Desa Rantau Bujur, Kecamatan Sungai Pinang, Kabupaten Tapin. Penggunaannya kemudian berkembang menjadi musik rakyat hingga ke Desa Tatakan, Desa Tambarangan, dan Desa Pematang Sungkai.[8] Pada awalnya, musik Panting hanya digunakan sebagai musik pengiring dan pelengkap Tari Japin. Musik ini kemudian mulai digunakan pada tari-tari tradisional lain di wilayah Kalimantan Selatan. Selain itu, musik Panting juga digunakan pada tari-tari kreasi baru.[9] Lagu-lagu lama diantaranya Sisip, Tirik, Tirik Dua, Lagu Dua Raja, Babujugan, Mandung-mandung, Lagu harapan, Tarimakasih, Japin rantauan, Tuan syarif. Sedangkan 6 jenis bentuk panting yaitu

  1. Mayang ma'urai
  2. Putri manjanguk
  3. Putri kurung
  4. Si runtuh palatar
  5. Sari dewi
  6. Pagat balarangan

Referensi

  1. ^ Andreani 2016, hlm. 141.
  2. ^ Andreani 2016, hlm. 14agung2.
  3. ^ Laila (Oktober 2015). "Eksistensi Media Tradisional sebagai Media Informasi Publik". Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan. 19 (2): 72. doi:10.46426/jp2kp.v19i2.28. ISSN 2527-693X. Diarsipkan dari asli tanggal 2021-10-22. Diakses tanggal 2020-09-30.
  4. ^ Syamsiar, Seman (2004). Mandulang Intan. Banjarmasin: Kemendikbud Kalimantan Selatan. hlm. 17. ISBN 978-979-15063-5-9. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  5. ^ Maknun 2017, hlm. 263.
  6. ^ Suryana 2015, hlm. 171.
  7. ^ "Musik Panting". Internet. Diakses tanggal 29 mei.
  8. ^ Maknun 2017, hlm. 262.
  9. ^ Suryana 2015, hlm. 178.

Daftar pustaka


Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia

Kembali kehalaman sebelumnya