Macrobrachium lanchesteri merupakan udang air tawar yang termasuk dalam kelompok krustasea dicirikan oleh kulitnya yang keras dan digolongkan sebagai ordo Decapoda karena memiliki 10 pasang tungkai. Semua udang air tawar, termasuk Macrobrachium lanchesteri tergolong dalam infraordo Caridea, yang memiliki karakter berupa adanya pleuron kedua yang berbentuk buah pear.
Habitat
Udang air tawar spesies M. lanchesteri dapat menjadi predator bagi spesies asli di suatu perairan dan hal ini dapat sangat berbahaya. Hal ini dapat terjadi karena M. lanchesteri lebih tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan perairan. Udang ini dapat dijumpai di berbagai perairan tawar, baik yang tergenang maupun yang mengalir, dari daratan rendah hingga daratan tinggi, seperti misalnya di Danau Lindu yang berada di ketinggian 1000mdpl.[1][2] Distribusinya yang luas disebabkan oleh kemampuan beradaptasi yang baik, sehingga membuat spesies ini berkembang biak dan menyebar dengan pesat baik pada seluruh jenis badan air tawar, perairan yang dangkal, berarus lambat dan tenang seperti danau, waduk, kolam, sawah dan aliran air buatan lainnya yang ditumbuhi tumbuhan air.[3]
Penyebaran
Spesies ini bukanlah spesies asli Indonesia, tetapi berasal dari wilayah oriental. Macrobrachium lanchesteri pertama kali dideskripsi berdasarkan type specimen yang berasal dari Thailand.[4] Penyebaran spesies udang air tawar ini sangat luas, selain tersebar di Thailand, juga dilaporkan dari Peninsular Malaysia. Spesies ini juga ditemukan di Myanmar, [5] Kalimantan,[6] Brunei Darussalam,[7] Sulawesi,[8] Sumatera [9] dan Jawa.[10]
Sifat Invasif
Menurut Johnson,[11]M. lanchesteri merupakan spesies invasif yang mampu bersaing dengan jenis-jenis udang air tawar asli dalam memperoleh sumber daya seperti nutrisi, ruang dan air, sehingga jenis ini dapat berkembang biak. Karenanya spesies ini dapat memberikan dampak negatif bagi spesies asli di suatu perairan dan berpotensi menjadi predator atau pesaing bagi spesies asli. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia tentang jenis invasif menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Jenis Asing Invasif (JAI) adalah tumbuhan, hewan, mikroorganisme dan organisme lain yang bukan merupakan bagian dari suatu ekosistem yang dapat menimbulkan kerusakan ekosistem, lingkungan, kerugian ekonomi dan atau berdampak negatif terhadap keanekaragaman hayati dan kesehatan manusia.[12] Invasi dari spesies eksotik merupakan salah satu dari ancaman biologis terbesar bagi lingkungan, keanekaragaman hayati dan spesies lokal di suatu ekosistem.
Terjadinya introduksi spesies M. lanchesteri di beberapa perairan lentik ini diduga disebabkan oleh aktivitas perikanan yang mengenalkan budidaya perikanan komersil berupa budidaya ikan mujaer (Oreochromis mossambicus) dan ikan mas (Cyprinus caprio). Spesies invasif menjadi salah satu permasalahan krusial dalam pengelolaan ekosistem, karena menjadi komponen utama dalam perubahan lingkungan global.
^Wowor, Daisy; Yixiong, Cai; Ng, P.K.L. (2004). Freshwater Invertebrates of the Malaysian Region. Kuala Lumpur: Academy of Science Malaysia. hlm. 337–356. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
^Johnson, D. S. (1963). "Distributional and other notes on some freshwater prawns (Atyidae and Palaemonidae), mainly from the Indo-west Pacific region". Bulletin of the National Museum. 32: 5–30.