LE-7![]() ![]() LE-7 dan LE-7A adalah sebuah mesin roket cair, menggunakan pembakaran siklus LH2/LOX yang diproduksi di Jepang untuk seri kendaraan peluncuran H-II. Ini adalah mesin pertama dengan tenaga sebesar ini yang dikembangkan oleh industri luar angkasa Jepang. Daya dorongnya dalam ruang hampa adalah 1078 kN dan merupakan tipe pembakaran bertahap . Desain kerja dan produksi semua dilakukan di dalam negeri di Jepang, merupakan mesin roket cair tahap pertama, dalam upaya kolaborasi dari National Space Development Agency (NASDA), Aerospace Engineering Laboratory (NAL), Mitsubishi Heavy Industries, dan Ishikawajima-Harima. NASDA dan NAL telah lama sejak diintegrasikan ke JAXA. Namun, sebagian besar pekerjaan dikontrakkan ke Mitsubishi, dengan Ishikawajima-Harima menyediakan turbomachinery, dan mesinnya sering disebut sebagai Mitsubishi LE-7(A). LE-7 asli adalah motor sekali pakai, efisiensi tinggi, berukuran sedang dengan daya dorong yang cukup untuk digunakan pada H-II. Pengembangan mesin LE-7, yang dikoordinasikan oleh badan antariksa Jepang, NASDA, dilakukan oleh Mitsubishi Heavy Industries dengan Ishikawajima-Harima Heavy Industries sebagai subkontraktor utama yang bertanggung jawab atas produksi turbopump. Setelah masa pengembangan yang panjang, peluncur H-II baru, yang menggunakan dua contoh mesin ini untuk mendorong tahap pertama, melakukan penerbangan pertamanya pada tahun 1994.[1][2] LE-7ALE-7A merupakan model yang ditingkatkan dari mesin roket LE-7. Desain dasarnya tidak berubah dari model aslinya. 7A memiliki upaya rekayasa tambahan yang dilakukan untuk memangkas biaya, keandalan, dan pengembangan kinerja. Versi LE-7A yang lebih murah, lebih andal, dan lebih bertenaga, dikembangkan mulai tahun 1994. Untuk mencapai tujuan ini, desain komponennya disederhanakan, yang menghasilkan pengurangan impuls spesifik, tetapi daya dorongnya masih sedikit meningkat. Selanjutnya, daya dorong kini dapat disesuaikan dari 72 hingga 100%. Tahap pertama peluncur H-IIA dan H-IIB masing-masing ditenagai oleh satu atau dua mesin tersebut. Penerbangan pertama dilakukan pada tahun 2001. Renovasi dilakukan untuk memasangkannya dengan kendaraan peluncur H-IIA yang juga telah ditingkatkan, dengan tujuan bersama yaitu sistem peluncuran yang lebih andal, lebih bertenaga dan fleksibel, serta lebih hemat biaya. Lihat pulaReferensi
|