Kue abug
PenyajianKue abug dapat disajikan dalam upacara-updacara adat seperti perkawinan atau sunatan.[1][2] Selain itu, kue ini juga biasanya disajikan di malam-malam ganjil akhir Ramadhan. Kue ini dapat disajikan dalam budaya Ngejot oleh masyarakat Betawi di daerah Depok.[3] Budaya Ngejot ini adalah budaya untuk berbagi makanan, khususnya kepada kerabat yang lebih tua. Isian makanan yang dibawa biasanya berupa nasi, semur daging, ikan, atau ayam, ikan mas dengan emping, dan pelengkap termasuk kue abug. Cara pembuatanKue abug dibuat dengan beberapa bahan utama, yaitu tepung beras, tepung sagu, kelapa muda yang diparut, gula merah, dan garam.[1][2][3] Pertama, tepung beras, tepung sagu, dan garam dicampurkan dan berikan air panas dan kelapa parut. Setelah itu, adonan diberikan gula merah di tengahnya dan dibungkus dengan daun pisang dengan bentuk limas atau segi tiga. Setelah itu, adonan yang dibungkus dikukus hingga matang, biasanya memerlukan waktu sekitar 30 menit. Kue ini biasanya dimakan saat sedang hangat. Namun, jika diproses dan disimpan dengan baik, kue ini dapat bertahan hingga sekitar 3 hari.[1] Referensi
|