Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Krumpyung Desa Langgar

Krumpyung Desa Langgar merupakan kesenian tradisional yang berasal dari Desa Langgar, Kecamatan Kejobong, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah. Kesenian ini menggunakan instrumen musik berbahan dasar bambu yang menyerupai gamelan Jawa, namun memiliki kekhasan tersendiri dalam teknik penyajiannya. Salah satu ciri khas Krumpyung adalah penggunaan gong yang dapat dimainkan dengan cara ditiup maupun dipukul. Pada tahun 2021, Krumpyung telah diakui sebagai bagian dari Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, mencerminkan nilai-nilai budaya lokal serta kekayaan tradisi musikal masyarakat Purbalingga.[1]

Sejarah

Krumpyung telah berkembang di Desa Langgar sejak sekitar tahun 1950. Sebagaimana bentuk seni pertunjukan rakyat lainnya, pewarisan Krumpyung dilakukan secara turun-temurun dan tidak melalui lembaga formal.[2] Di kalangan masyarakat, kesenian ini lebih dikenal dengan sebutan Lengger Krumpyung, sebagai representasi dari pertemuan tiga gaya musikalitas khas Jawa. Sepanjang perjalanannya, kesenian Krumpyung di desa tersebut telah mengalami tiga periode kepemimpinan dalang. Periode pertama dipimpin oleh Dalang Rosidi (1950–1979), dilanjutkan oleh Dalang Santarji (1979–1985), dan kemudian oleh Dalang Sulemi sejak tahun 1985 hingga kini. Nama dan gaya pertunjukan Krumpyung umumnya berubah mengikuti kepemimpinan masing-masing dalang.[3]

Dalam struktur pertunjukan, dalang memegang peranan sentral sebagai pemimpin dan pengatur pementasan. Selain bertindak sebagai sutradara pertunjukan, dalang juga berperan sebagai sesepuh yang dihormati karena pengalaman dan pengetahuannya. Dalang turut bertanggung jawab dalam menyiapkan unsur-unsur ritual seperti sesaji untuk kelancaran pertunjukan.[3] Hingga kini, kelompok seni Sri Rahayu yang dipimpin oleh Ki Sulemi menjadi satu-satunya kelompok Krumpyung yang masih aktif melestarikan kesenian ini. Dengan demikian, keberadaan Krumpyung telah berlangsung dan dipertahankan setidaknya selama tiga generasi.[3]

Krumpyung berasal dari bahasa Jawa kemprumpyung, yang merujuk pada bunyi atau suara yang terdengar harmonis, menyentuh perasaan, dan membangkitkan minat pendengarnya untuk menikmati alunannya. Musik tradisional ini dikenal karena keharmonisannya yang khas, yang dihasilkan dari perpaduan tiga jenis instrumen utama, yaitu:[4]

  1. Angklung, yakni alat musik bambu berlaras tiga nada yang terbuat dari bambu wulung,
  2. Gong bumbung, berupa gong besar berbahan dasar bambu wulung, dan
  3. Kendang, khususnya jenis kendang ciblon dan ketipung, yang berfungsi sebagai pengatur ritme.

Perpaduan instrumen-instrumen tersebut menciptakan karakteristik bunyi yang menjadi ciri khas musik Krumpyung dalam tradisi musik rakyat di Jawa.[4]

Pementasan

Krumpyung menggunakan alat musik pengiring berbahan dasar bambu. Instrumen utama dalam pertunjukan ini adalah angklung, yang dimainkan dengan cara digoyangkan atau di-orog, mirip dengan teknik permainan angklung pada umumnya. Keunikan dari kesenian Krumpyung terletak pada teknik permainan angklung yang melibatkan tiga orang penabuh secara bersamaan, masing-masing dengan peran berbeda, yaitu sebagai panuthuk, panerus, dan oglong. Kolaborasi ini menghasilkan bunyi khas berupa suara gaduh berirama yang dikenal sebagai “kemrumpyung”.[3]

Kesenian Krumpyung umumnya dipentaskan setahun sekali dalam rangkaian ritual tertentu. Pertunjukan ini berlangsung sejak siang hari dan dapat berlanjut hingga dini hari keesokan harinya. Secara umum, pertunjukan Krumpyung terbagi dalam tiga bagian utama, yaitu sesi sakral, estetis, dan hiburan, yang masing-masing memiliki fungsi dan nilai budaya tersendiri.[3]

Referensi

  1. ^ Dinkominfo (2023-07-10). "Kesenian Krumpyung Butuh Regenerasi". Pemerintah Kabupaten Purbalingga (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 2025-06-18.
  2. ^ A, Novianggi Kasamira (2017). "ADAPTASI KARAWITAN PADA KESENIAN KRUMPYUNG OLEH KELOMPOK INCLING KRUMPYUNG BEKSA LARAS WISMA KOKAP KULON PROGO". Universitas Gadjah Mada.
  3. ^ a b c d e Warsono, Sapto (2013-09-09). "FUNGSI MUSIK DALAM STRUKTUR KESENIAN KRUMPYUNG PADA UPACARA RITUAL MASYARAKAT DESA LANGGAR KABUPATEN PURBALINGGA". Jurnal Seni Musik (dalam bahasa Inggris). 2 (2). doi:10.15294/jsm.v2i2.9472. ISSN 2503-2860.
  4. ^ a b Pangestu, Galang; Salim, Muhammad Nur (2023-08-28). "TRANSFORMASI GARAP LADRANG PANGKUR KE DALAM MUSIK KRUMPYUNG DI KABUPATEN PURBALINGGA". Keteg: Jurnal Pengetahuan, Pemikiran dan Kajian Tentang Bunyi (dalam bahasa Inggris). 23 (1). ISSN 2714-6367.
Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia

Kembali kehalaman sebelumnya