Bahasa Dusner dikategorikan sebagai C9 Dormant menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini sudah ditinggalkan mayoritas penuturnya dan hanya dituturkan oleh segelintir orang
Perhatian: untuk penilai, halaman pembicaraan artikel ini telah diisi sehingga penilaian akan berkonflik dengan isi sebelumnya. Harap salin kode dibawah ini sebelum menilai.
Direktur Pusat Penelitian dan Budaya Papua, Andreas J. Deda, mengatakan bahwa bahasa ini dilarang dan dianggap sebagai bahasa kafir oleh seorang penginjil yang datang ke desa Dusner pada tahun 1927/1928 karena bahasa ini digunakan untuk berbicara dengan arwah nenek moyang. Jika bicara bahasa itu, penduduk di sana dihukum direndam di laut atau diikat di pohon kelapa.[8][6]
^Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Dusner". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. ; ;