Coral Triangle Initiative Summit
![]() Coral Triangle Initiative Summit adalah pertemuan kolaboratif yang melibatkan enam negara, pertemuan ini bertujuan merespons ancaman perubahan iklim terhadap ekosistem terumbu karang di wilayah Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle), yang mencakup Indonesia dan Filipina.[1] Pertemuan ini berangkat dari inisiatif Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF) yang dibentuk pada tahun 2009 oleh Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timor-Leste. Keenam negara ini, dikenal sebagai CT6, atau penjaga kawasan Segitiga Terumbu Karang, wilayah laut tropis yang memiliki keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia.[2] Konferensi Tingkat Tinggi PertamaKonferensi Tingkat Tinggi (KTT) pertama CTI-CFF diselenggarakan pada 15 Mei 2009 di Manado yang dibuka secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono, dan dihadiri oleh lima kepala negara yaitu Malaysia, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Timor-Leste, dan Filipina. Susilo Bambang Yudhoyono menekankan pentingnya kolaborasi regional dalam menjaga kelestarian kawasan Segitiga Terumbu Karang. Isu-isu utama yang dibahas dalam KTT meliputi eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya laut, kerusakan ekosistem pesisir, hilangnya hutan mangrove, degradasi terumbu karang, dan dampak perubahan iklim. Pada akhir konferensi, para pemimpin negara menandatangani CTI Leaders Declaration, yang menandai komitmen kolektif dalam melindungi dan mengelola sumber daya laut kawasan Segitiga Terumbu Karang secara berkelanjutan. Inisiatif ini juga didukung oleh mitra internasional, termasuk pemerintah Amerika Serikat dan Australia, serta sejumlah lembaga konservasi dan pembangunan multilateral.[3] Referensi
|