Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Cagar Alam Watu Ata

Cagar Alam Watu Ata adalah kawasan konservasi yang terletak di Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kawasan ini memiliki luas 4.335,58 hektare dan berfungsi sebagai perwakilan ekosistem hutan dataran sedang di Pulau Flores. Selain memiliki nilai ekologi penting, kawasan ini juga erat kaitannya dengan sejarah pengelolaan hutan sejak masa pemerintahan kolonial Belanda.[butuh rujukan]

Nama “Watu Ata” berasal dari bahasa lokal, di mana watu berarti batu dan ata berarti manusia.[1] Sebutan ini tidak hanya merujuk pada bentang alam kawasan, tetapi juga bagian dari identitas budaya masyarakat Golo Tolang di sekitar kawasan.

Sejarah

Wilayah Cagar Alam Watu Ata secara administratif mencakup tiga kecamatan, yakni Kecamatan Aimere, Bajawa, dan Bajawa Utara. Kawasan ini pertama kali ditetapkan sebagai hutan tutupan oleh pemerintah kolonial Belanda melalui Calenon Het Zelfbestuur Besluit Van Ngada No. 20 tanggal 29 Juni 1932 dengan luas 5.400 hektare.[2] Penetapan awal batas kawasan yang dikenal sebagai Pal I diterima baik oleh masyarakat karena dianggap selaras dengan kearifan lokal yang menyebut tanah tersebut sebagai ma’e pire, yakni tanah yang tidak boleh digarap demi kelestarian lingkungan.[butuh rujukan]

Namun, konflik mulai muncul ketika batas kawasan bergeser ke Pal II pada sekitar tahun 1940. Pergeseran ini masuk ke lahan penggembalaan ternak milik masyarakat tanpa komunikasi terlebih dahulu, sehingga menimbulkan ketegangan. Situasi semakin memanas pada tahun 1950 saat penetapan Pal III mencakup lahan pertanian masyarakat yang ditanami jagung dan umbi-umbian, sehingga memicu protes dan penangkapan warga.[butuh rujukan]

Setelah Indonesia merdeka, kawasan ini kembali ditata batas pada tahun 1989–1990 sebagai konsekuensi penunjukan kawasan hutan lindung melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 89/Kpts-II/1983. Penataan batas resmi dilakukan pada 14 Agustus 1990 melalui berita acara tata batas oleh panitia yang dipimpin Bupati Ngada.[butuh rujukan]

Pada tahun 1992, kawasan ini ditetapkan sebagai Cagar Alam berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 432/Kpts-II/1992 dengan luas 4.898,80 hektare.[3][4] Penetapan ini diperkuat lagi melalui berbagai keputusan menteri pada tahun 1999, 2014, dan 2016. Berdasarkan hasil review kawasan hutan oleh Tim Terpadu pada 2014–2015, sebagian kawasan berubah fungsi: 4.335,58 hektare tetap sebagai cagar alam, sementara 617,06 hektare dialihkan menjadi hutan lindung.[butuh rujukan]

Kondisi ekosistem

Cagar Alam Watu Ata merupakan kawasan hutan dataran sedang dengan variasi ekosistem yang mencakup hutan primer, hutan sekunder, savana, dan semak belukar. Pada ketinggian di atas 1.000 meter dpl, kawasan ini ditutupi hutan pegunungan bawah dengan curah hujan tinggi dan suplai air yang stabil dari hujan maupun kabut. Vegetasi di wilayah ini tumbuh subur di atas tanah vulkanis dan memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi.[butuh rujukan]

Selain itu, sebagian besar kawasan berupa savana padang rumput dengan pohon-pohon jarang serta semak belukar, termasuk dominasi tumbuhan kirinyu (Clibadium surinamense) yang kini semakin meluas. Bentang alam Watu Ata ditandai tebing-tebing terjal dengan aliran sungai permanen yang membelah kawasan, menyediakan pasokan air sepanjang tahun.[5]

Flora

Penelitian yang dilakukan oleh Leo Bani Lodu (2003) di kawasan Leko Guka mencatat 63 jenis tumbuhan berkayu. Jenis yang paling banyak ditemukan adalah Ehretia acuminata R. Br. (235 individu) dan Palaquium obstusifolium Burk. (227 individu). Sebaliknya, beberapa jenis jarang ditemukan, seperti Buchanania arborescen, Bombax ceiba, Ficus subglauca, dan Dendrocnide sp.[2]

Di hutan sekunder, tumbuh jenis pohon seperti anggrung (Trema orientalis), deo (Glochidion sp.), dan mara (Macaranga faverius). Pada lahan perkebunan masyarakat, kopi arabika (Coffea arabica) dan robusta (Coffea robusta) menjadi komoditas utama, diselingi tanaman alpukat (Persea americana), pisang, vanili (Vanilla planifolia), wortel (Daucus carota), dan berbagai tanaman semusim lainnya. Vegetasi liar yang umum adalah ilalang (Imperata cylindrica) dan Tephrosia sp.[2][butuh rujukan]

Fauna

Cagar Alam Watu Ata menjadi habitat bagi berbagai satwa liar, termasuk rusa, babi hutan, kera, dan musang. Terdapat pula lima jenis mamalia, di antaranya tikus (Rattus timorensis var. sabae) yang paling banyak ditemukan (54 individu), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis, 43 individu), serta musang (Diplogale hosei, 36 individu). Satwa dengan populasi rendah antara lain babi hutan (Sus sp.) dan tikus pohon (Lenotrix canus).[2][butuh rujukan]

Burung koa kiu (Philemon moluccensis) menjadi spesies paling melimpah di kawasan ini, sementara burung poro toro, keli (Aprosmictus jonquillaceus), dan analeo (Oriolus flavocinctus) terbilang jarang ditemukan. Satwa lain yang tercatat oleh petugas BBKSDA dan masyarakat lokal adalah elang, tekukur, serta berbagai jenis burung madu.[butuh rujukan]

Aksesibilitas

Cagar Alam Watu Ata berada di dekat Bajawa, ibu kota Kabupaten Ngada. Akses menuju kawasan dapat ditempuh melalui jalur udara, laut, maupun darat. Dari Kupang, perjalanan udara menuju Bandara Soa memakan waktu sekitar satu jam, dilanjutkan dengan perjalanan darat sekitar dua jam menuju kawasan. Alternatif lain adalah melalui Ende dengan penerbangan 45 menit dari Kupang, lalu perjalanan darat sekitar lima jam ke Bajawa. Rute melalui Ruteng juga memungkinkan, dengan waktu tempuh darat sekitar lima jam dari Aimere ke lokasi.[butuh rujukan]

Akses laut tersedia melalui pelayaran KupangAimere menggunakan kapal feri dengan waktu tempuh sekitar 24 jam, dilanjutkan perjalanan darat ke kawasan sekitar satu jam. Rute lain adalah KupangEnde dengan kapal feri atau kapal PELNI, lalu dilanjutkan perjalanan darat ke Bajawa.[6]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Malyanto, Egidius Edvon. "Cagar Budaya Watu Ata, Keajaiban Tersembunyi di Manggarai Timur yang Memikat Hati - Victory News". Cagar Budaya Watu Ata, Keajaiban Tersembunyi di Manggarai Timur yang Memikat Hati - Victory News. Diakses tanggal 2025-09-29.
  2. ^ a b c d "Cagar Alam Watu Ata - BBKSDA NTT". bbksdantt.ksdae.kehutanan.go.id. Diakses tanggal 2025-09-29.
  3. ^ "Cagar Alam". plantamor.com. Diakses tanggal 2025-09-29.
  4. ^ "Cagar Alam". Mudita Online. Diakses tanggal 2025-09-29.
  5. ^ Saturi, Sapariah (2014-08-11). "Masyarakat Watu Ata, Bercocok Tanam Seraya Merawat Hutan". Mongabay.co.id. Diakses tanggal 2025-09-29.
  6. ^ "Intip Keindahan Cagar Alam Watu Ata – tripflores.com" (dalam bahasa American English). 2023-07-30. Diakses tanggal 2025-09-29.
Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia

Kembali kehalaman sebelumnya