Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Andi Muhammad Adam Aroe Datu Lompengeng


Andi Muhammad Adam Aroe Datu Lompengeng adalah Bangsawan Bugis yang bergelar aroe atau aroeng sekaligus bergelar Datu yaitu salah satu gelar dengan kasta tertinggi dalam kerajaan bugis dari Kabupaten Soppeng,Provinsi Sulawesi Selatan. Ia menjabat sebagai Kepala Pemerintahan Negeri (KPN) Pangkajene dari tahun 1957 hingga 1960, menggantikan Andi Mandacingi Krg. Mandalle, pada masa transisi krusial menuju pembentukan kabupaten.[1]

Andi Muhammad Adam Aroe Datu Lompengeng Beserta Istri Datu Besse Baringeng binti Lapabeangi Sulle Datu Soppeng dan anak Pertama Andi Makmur Adam

Dalam catatan sejarah Andi Muhammad Adam adalah salah satu tokoh sentral dalam sejarah pemerintahan lokal di Sulawesi Selatan, khususnya di wilayah Pangkajene. sebagai KPN, Andi Muhammad Adam memimpin wilayah Pangkajene di tengah situasi sosial-politik yang dinamis pasca- kemerdekaan.Ia bertanggung jawab atas pengelolaan pemerintahan, ketertiban wilayah, dan pelaksanaan kebijakan dari pemerintah pusat di tingkat lokal. Pada masa kepemimpinannya, wilayah Pangkajene menghadapi berbagai tantangan, baik dari sisi pembangunan, sosial, maupun stabilitas politik. Namun, dengan pendekatan kepemimpinan yang bijaksana, Andi Muhammad Adam mampu menjalankan pemerintahan dengan baik. Perannya yang visioner dan kepemimpinannya yang kuat menjadikannya sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah awal pembentukan pemerintahan daerah di Pangkep.[2]

Kepemimpinannya menjadi fondasi penting menjelang terbentuknya Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan pada tahun 1960, berdasarkan UU No. 29 Tahun 1959.

Di masa kepemimpinan Andi Muhammad Adam Aroe/Datu Lompengeng sebagai Kepala Pemerintahan Negeri Pangkajene, sistem pemerintahan lokal dibangun di atas fondasi tradisi dan tatanan adat Bugis- Makassar yang kuat.”

“Beliau memimpin negeri ini melalui hubungan yang erat dengan para kepala distrik,

yang masing-masing bergelar Karaeng—pemimpin adat dan pemerintahan di wilayah mereka.”

Terdapat lima distrik utama saat itu: Pangkajene, Bungoro, Ma’rang, Segeri-Mandalle, dan Balocci. Setiap distrik dipimpin oleh seorang Karaeng yang menjalankan tugas pemerintahan sambil menjaga nilai dan hukum adat masyarakatnya.”

“Melalui sinergi antara KPN dan para Karaeng, pemerintahan Negeri Pangkajene berjalan harmonis—mewakili kolaborasi antara sistem modern dan warisan leluhur.”

Pada masa pemerintahannya, Andi Muhammad Adam menunjukkan visi pembangunan yang progresif. Di bawah kepemimpinannya: Kawasan ekonomi Palampang mulai dibangun sebagai pusat aktivitas perdagangan masyarakat Pangkajene dan sekitarnya. Bioskop pertama di Pangkajene juga didirikan, yang menjadi simbol modernisasi dan sarana hiburan baru bagi masyarakat setempat.

Inisiatif-inisiatif tersebut menunjukkan bahwa masa kepemimpinan Andi Muhammad Adam tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga berorientasi pada pembangunan ekonomi dan sosial masyarakat. Ia dikenang sebagai pemimpin yang membawa semangat perubahan, modernisasi, dan kesiapan menuju status kabupaten.

Warisannya diteruskan, tidak hanya dalam nilai, tapi juga dalam pengabdian. Putranya, Andi Makmur Adam yang merupakan anak tertua dari hasil perkawinan dengan Datu Besse Baringeng binti Lapabeangi Sulle Datu Soppeng meneruskan semangat pelayanan sebagai Pamong Praja di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.

Dari seorang Arung di masa negeri, hingga Pamong Praja di era kabupaten, satu garis lurus pengabdian tetap menyala, menjahit masa lalu dan masa kini dalam benang sejarah Pangkep.”

Referensi

  1. ^ "Instagram". www.instagram.com. Diakses tanggal 2025-04-07.
  2. ^ Oddang, Andi (Sabtu, 11 Februari 2012). "PUTERA BELAWA: Mengkaji Asal Muasal Kesatuan dalam Keberagaman". PUTERA BELAWA. Diakses tanggal 2025-04-07.
Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia

Kembali kehalaman sebelumnya