Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Abdullah bin Unais

Abdullah bin Unais merupakan sahabat Nabi Muhammad dari kaum Anshar. Ia dikenal sebagai sahabat yang pernah ditugaskan Nabi untuk misi khusus. Setelah kaum Muslimin dikalahkan dalam Perang Uhud, banyak suku yang mulai berani terang-terangan menentang Nabi, salah satunya adalah Bani Lihyan. Nabi mendengar berita bahwa pemimpin Bani Lihyan bernama Khalid bin Sufyan, sedang mnegumpulkan pasukan untuk menyerang Kaum Muslimin. Berita ini sangat penting sebab Bani Lihyan termasuk keluarga Bani Hudhail (atau Hudzail, wilayah di utara kota Mekah). Bani Hudhail adalah suku yang besar. Bila Bani Hudhail sampai terpengaruh untuk ikut menyerang, kedudukan Kaum Muslimin menjadi sangat kritis. Apalagi bila mereka sampai bergabung dengan orang Quraisy. Untuk mengatasi hal itu, pada tahun 5H / 625 M Nabi tidak langsung mengirim pasukan, melainkan satu orang saja. Satu orang lihai dan amat cocok untuk tugas itu. Sahabat yang terpilih itu adalah Abdullah bin Unais.[1][2]

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abdullah bin Unais berkata,"Rasulullah memanggilku dan bersabda, 'Sesungguhnya telah sampai ke pengetahuanku bahwa Khalid bin Sufyan bin Nubaih al Hudzali telah mengumpulkan banyak orang untuk menyerangku. Mereka ada di Uranah (dekat Arafah), maka pergilah untuk membunuhnya.'

Aku pun berkata, 'Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku ciri-cirinya agar aku dapat mengenalinya.'

Nabi berkata, "Apabila kamu melihatnya, kamu akan menggigil karenanya."

Abdullah bin Unais berjalan menuju rumah Khalid bin Sufyan. Dengan sangat cerdik, ia memilih waktu ketika tak banyak pengikut Khalid bin Sufyan berada di sekitar rumah.

“Siapa kamu?” tegur Khalid bin Sufyan curiga.

“Saya dari golongan Arab juga,” jawab Abdullah bin Unais tanpa berbohong, “Saya mendengar Tuan mengumpulkan orang hendak menyerang Muhammad, karena itulah saya datang kemari.”

Khalid yang memang sedang membutuhkan banyak orang menyangka Abdullah bin Unais datang untuk bergabung. Maka ia pun berterus – terang bahwa ia memang benar sedang menyusun pasukan untuk membunuh Muhammad.

Maka bukti pun sudah di tangan Abdullah bin Unais. Dengan cerdas dia bersandiwara terus sampai Khalid benar-benar percaya bahwa Abdullah akan bergabung. Abdullah bin Unais kemudian mengajak Khalid berjalan bersama sambil terus berunding. Ketika di luar rumah, secepat kilat Abdullah bin Unais mencabut pedang dan menghantam Khalid bin Sufyan sampai meninggal. Setelah itu Abdullah melaporkan keberhasilan tugasnya kepada Nabi.

Ketika aku tiba dihadapan Nabi, lalu beliau melihat kedatanganku,beliau berkata, "Wajah inilah yang mendapatkan kemenangan."

Aku pun berkata, "Aku telah membunuhnya, wahai Rasulullah."

Kemudian Nabi bangun bersamaku dan memasukkan aku kedalam rumahnya. Beliau memberiku sebatang tongkat dan berkata, "Simpanlah tongkat ini, hai Abdullah bin Unais."

Aku pun keluar dari rumah Nabi menemui orang banyak dengan tongkat itu. Orang-orang pun bertanya kepadaku, "Tongkat apakah itu?"

Aku menjawab, "Rasulullah telah memberikannya kepadaku. Beliau memerintahkannya untuk menyimpannya."

Mereka berkata, "Mengapa kamu tidak kembali saja menemui Rasulullah dan menanyakan kepadanya mengapa beliau memberikan tongkat ini?"

Aku pun kembali menemui Rasulullah dan menanyakan persoalan ini. Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, mengapa engkau memberikan tongkat ini kepadaku?"

Rasulullah menjawab, "Ini sebagai tanda antara diriku dan kamu pada hari kiamat, karena sedikit sekali orang yang datang dengan membawa amal shalih pada hari itu."

Kemudian Abdullah menyatukan tongkat itu dengan pedangnya. Tongkat itu terus bersamanya, hingga ketika ia hampir meninggal dunia, ia mewasiatkan agar tongkat itu dikafani bersama dengan jenazahnya dan dikuburkan bersama-sama.[1][2]

Abdullah bin Unais menceritakan kepada Jabir bin Abdullah, bahwa pada suatu hari dia dan 'Umar bin Khattab teringat perkara zakat. 'Umar berkata,"Tidakkah engkau mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam ketika beliau mengingatkan pencurian zakat? Sesungguhnya orang yang berkhianat dengan mengambil unta dan kambing zakat, maka Allah akan mendatangkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan memikul barang-barang yang diambilnya". Abdullah bin Unais berkata,"Ya."[3]

Referensi

  1. ^ a b Katsir, Ibnu (2012). Terjemah Al Bidayah wa an-Nihayah Vol.4. Jakarta: Pustaka Azzam. ISBN 978-602-236-044-5
  2. ^ a b Syaikh, Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri (2012). Sirah Nabawiyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. ISBN 978-602-98968-3-1
  3. ^ Hadits Ahmad No.15483
Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia

Kembali kehalaman sebelumnya